Profil Desa Sarwodadi Pejawaran
PROFIL DESA SARWODADI 2019
LETAK GEOGRAFIS
Desa Sarwodadi berada di wilayah Pemerintah Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah dengan kondisi geografis yang dikelilingi pegunungan dengan ketinggian 1.000 s/d 1.300 dari permukaan laut.
Jarak Desa Sarwodadi dari pusat pemerintahan adalah sebagai berikut:
- Jarak dari pemerintah Kecamatan: 3 km
- Jarak dari pemerintah Kabupaten: 36 km
- Jarak dari pemerintah Provinsi : (-+) 165 km
- Jarak dari pemerintah Pusat : (-+) 700 km
Terletak di Peta Bawah ini :
Luas dan batas Desa
Desa Sarwodadi memiliki luas wilayah 560.20 H dengan batas-batas Desa:
- Sebelah Selatan : Desa Karangsari Kec.Pejawaran
- Sebelah Utara : Desa Grogol Kec. Pejawaran
- Sebelah Timur : Desa Giritirta Kec. Pejawaran
- Sebelah Barat : Desa Wanaraja Kec. Wanayasa Kab. Banjarnegara.
JUMLAH PENDUDUK
Jumlah penduduk Desa Sarwodadi tahun 2019 sebanyak 1.736 jiwa dengan jumlah penduduk Laki-laki 902 jiwa sedangkan penduduk perempuan 834 dan jumlah Rumah Tangga 498 Kepala Rumah Tangga.
SEJARAH MENCATAT
Awal nama Desa Sarwodadi Kecamatan Pejawaran,konon pada zaman dahulu ada Seorang Kyai bernama BRAMASARI yang hidup pada zaman penjajah Belanda sekitar tahun 1.800 san Masehi dan beliau berasal dari Daerah yang tidak diketahui asalnya. Mulanya Kyai BRAMASARI seorang pejuang demi Kemerdekaan Rakyat Indonesia dan memeliki sebuah senjata sakti pada zaman dulu berupa tongkat yang biasa beliau bawa saat perjalanan , dan karena dianggap berbahaya bagi tentara penjajah Belanda, mereka berusaha untuk menangkapnya sampai berbulan-bulan lamanya namun tentara Belanda tidak bisa menemukanya hingga suatu hari dalam perjalan Kyai BRAMASARI melewati hutan yang di dalamnya terdapat sebuah sungai kecil sekarang diberi nama kali wungu aliran berasal dari bukit/Igir yang sekarang menjadi dusun Desa sebelah.
Pada saat melewati aliran sungai kecil tersebut Kyai BRAMASARI merasa ingin buang air besar, dan sebelum melakukan buang air beliau menancapkan tongkat yang setiap harinya digunakan sebagai penyangga atau lebih dikenal senjata sakti zaman dulu berjarak agak jauh dari tempat beliau buang air besar, setelah selesai dari buang air besarnya beliau hendak mencambut tongkat yang sebelumnya beliau tancapkan namun tiba-tiba dikejutkan dengan tongkat yang sudah tumbuh atau bersemi layaknya tanaman pohon.
Karena ke ajaiban itu Kyai BRAMASARI membiarkan tongkatnya tertancap hingga tumbuh subur menjadi kayu besar yang diberi nama KAYU WUNGU (Pohon Bangun) sebagai Filosofi "Indonesia Bangkit" dan sampai sekarang daerah tersebut diberi nama Blok Wungu dalam documen pertanahan pemerintah Desa Sarwodadi.
Dari kejadian itu Kyai BRAMASARI makin penasaran dengan daerahnya sehingga mencoba mencari sumber mata air dengan cara menelusuri aliran sungai yang digunakan untuk buang air besar hingga sesampainya di sumber mata air tepat berada di bawah bukit/Igir beliau merasa lapar kemudian beliau istirahat diatas bukit/Igir untuk makan dan menandai bukit itu dengan nama dalam bahasa jawa sebagai Igirmadang (Bukit tempat makan) yang kini menjadi sebuah dusun di Desa sebelah.
Rasa penasaran semakin kuat ingin mengetahui lebih dalam di daerah yang beliau lewati hingga Kyai BRAMASARI mencari lokasi yang akan digunakan sebagai tempat tinggal bersama keluarganya, dan menemukan lokasi daerah rawa yang cocok untuk tanaman padi, dan seiring berjalanya waktu lokasi tersebut semakin bertambah jiwa hingga menjadi sebuah kampung yang di beri nama KUBANG, yang sekarang menjadi area persawahan warga Desa Sarwodadi.
Karena Kyai BRAMASARI seorag pejuang Kemerdekaan beliau selalu mengadakan pertemuan untuk musyawarah dengan mengumpulkan beberapa orang dari kampung KUBANG dan Kampung sekitar untuk bersama-sama bersatu dalam mengatasi penjajah Belanda kala itu,tiap lokasi yang digunakan untuk musyawarah selalu berpindah-pindah dengan tujuan agar tidak di ketahui oleh pihak musuh atau mata-mata penjajah hingga suatu ketika musyawarah dilaksanakan disebuah bulak/ladang dengan hasil musyawarah hanya sekali pertemuan langsung mufakat, ahirnya tempat itu dijadikan lokasi utama tempat musyawarah karena berbeda dengan lokasi lain yang selalu berbeda pendapat saat melaksanakan musyawarah sehingga untuk mencapai mufakat harus memerlukan beberapa pertemuan,namu berbeda dengan lokasi yang satu ini setiap musyawarah yang dilaksanakan langsung mufakat dan oleh Kyai BRAMASARI diberi nama lokasi tersebut dalam Bahasa Jawa SARWODADI (Serba Jadi).
Dari situlah berangsur penduduk Kampung Kubang berpindah ke arah utara dekat sungai besar di beri nama penaraban yang sekarang menjadi dusun Tlodas, dan sebagian warga berpindah untuk menetap di lokasi yang pada saat musyawarah di beri nama SARWODADI oleh Kyai BRAMASARI akhirnya dipakai sampai sekarang bahkan diabadikan untuk nama sebuah Blok tanah di tengah Desa Sarwodadi yang menurut peta pertanahan Desa di kenal dengan persil 29 bernama Blok Sarwodadi.
Demikian sekilas tentang asal-usul Nama Desa Sarwodadi yang bersumber dari para sesepuh Desa Sarwodadi termasuk yang dulu menjabat Klerek atau Sekdes dalam bahasa sekarang, beliau menceritakan sejarahnya sebelum beliau meninggal dunia.